Bukan Pertama Kali, Thanksgiving di AS Juga Pernah Dihantui Pandemi Mematikan


 Perayaan Thanksgiving di Amerika Serikat di tahun 2020 ini berasa berlainan dari umumnya. Karena wabah COVID-19 masih mendominasi Negeri Paman Sam, suka ria yang umum dibagi di hari perayaan itu berasa berlainan.

taruhan bola basket panduan memahami bola jalan dalam judi bola online

Pusat Pengaturan dan Penjagaan Penyakit (CDC) sudah merekomendasikan keluarga-keluarga di Amerika Serikat tidak untuk makan dengan siapa saja di luar rumah tangga mereka pada perayaan Thanksgiving ini, sesaat kota-kota mengikut tapak jejak Eropa dalam berlakukan limitasi kuncian baru.


Ternyata, peristiwa sama sempat juga berlangsung dalam riwayat.


Di akhir November 1918, sesudah strain influenza yang disebutkan flu Spanyol sudah membunuh nyaris 300.000 orang Amerika cuman dalam beberapa waktu membuat potensial berlibur benar-benar berlainan. Masalah baru yang turun mencolok berlangsung bertepatan dengan usainya Perang Dunia I. Begitu seperti merilis Live Science, Jumat (27/11/2020).


"Pasti pesan kombinasi sesudah Hari Gencatan Senjata [11 November 1918]," kata Nancy Tomes, seorang profesor riwayat yang pelajari kesehatan warga di Stony Brook University di New York, ke Live Science.


Ada kecemasan yang masih ada saat mereka akan melangsungkan tatap muka khalayak besar, dan kota-kota keluarkan teguran keras saat sebelum berlibur. Tapi, ada pula rasa sukur yang mengagumkan jika perang pada akhirnya usai.


Suara menguasai khalayak ialah: "Syukurlah, merayakan itu. Kita sudah melalui kondisi genting nasional ini, ke gereja, berdoa."


Wabah influenza yang berlangsung di tahun 1918 adalah wabah yang sangat membahayakan di dunia yang pernah ada. Penyakit itu selanjutnya mengontaminasi seputar sepertiga komunitas global dan tewaskan lebih dari 50 juta orang.


Tidak seperti wabah COVID-19 yang lagi berjalan, flu Spanyol menempa Amerika dalam empat kenaikan berlainan, dengan infeksi baru turun secara berarti antara mereka.


Gelombang pertama menempa pada Maret 1918 dan relatif enteng. Catatan CDC memperlihatkan jika AS memberikan laporan seputar 75.000 kematian berkaitan flu dalam enam bulan awal tahun 1918, dibanding dengan 63.000 pada masa yang serupa di tahun 1915. Penyembuhan kekinian sudah menolong kurangi setengah angka tersebut; pada musim flu 2018-2019, Amerika memberikan laporan 34.000 kematian berkaitan flu.


Gelombang ke-2 yang diawali di bulan September, bisa dibuktikan jauh sangat membahayakan.


"Influenza luar biasa menempa AS mulai akhir September, dan pada tengah November hal tersebut berlangsung di sejumlah besar Amerika Serikat," kata Tomes.


"Ini bergerak cepat, dan terbakar habis."


Di antara September dan Desember 1918, lebih dari 290.000 orang Amerika wafat sebab penyakit berkaitan flu, dibanding dengan cuman 26.000 sepanjang masa yang serupa di tahun 1915, CDC memberikan laporan. Kematian mencapai puncak di bulan Oktober, dengan prediksi 195.000 orang Amerika meninggal dalam bulan hanya itu. Bahkan juga di Kanada, yang secara tradisionil rayakan Thanksgiving di bulan Oktober, berlibur secara sah diundur sampai Desember.


Semua negeri AS telah menjatah makanan dan batasi pengeluaran untuk menolong usaha perang, tapi banyak kota hadapi virus dengan limitasi selanjutnya yang terlihat dekat sekarang ini - seperti kuncian, amanat masker dan syarat jarak sosial.


Beberapa kota dengan batas kendur jadi daerah paling terpukul. Misalkan parade 28 September untuk mempromokan ikatan perang di Philadelphia jadi cluster penebar super yang menyebabkan lebih dari 12.000 kematian karena flu dalam satu bulan, menurut University of Pennsylvania.


Saat beberapa kasus jeblok di awal November, perhatian negara berpindah ke kemenangan, kata Tomes. Sama seperti yang disampaikan Crosscut , media massa seperti The Seattle Times secara salah mengatakan kemenangannya pada influenza dan kemenangan di Eropa secara bertepatan, sebab petinggi kota selekasnya akhiri kuncian dan limitasi jarak sosial.


Organisasi amal melangsungkan makan malam untuk beberapa ribu pasukan yang terpisah dari keluarga mereka, dan masyarakat di semua negeri bergabung untuk "nyanyian kemenangan" dan acara pesta spontan yang lain untuk rayakan usainya perang. Dalam proklamasi Thanksgiving resminya pada tengah November, Presiden Woodrow Wilson menekan orang Amerika untuk "mengucapkan syukur dan bersukacita" di dalam rumah dan di dalam rumah beribadah.


"Seluruh orang keluar rayakan ledakan patriotik yang luar biasa ini, dan Anda tidak menyaksikan petinggi kesehatan warga menjelaskan 'tinggal di rumah'," kata Tomes.


"Secara psikis, orang yakin wabah terjadi. Saya berpikir Anda menyaksikan beberapa orang merasakannya saat ini."


Menyaksikan masalah itu, nampaknya terang jika gelombang ke-3 wabah flu Spanyol akan mengikut musim tatap muka yang dekat dan perayaan khalayak. Beberapa puluh ribu masalah baru disampaikan di antara Desember 1918 dan April 1919, banyak salah satunya tampil di hotspot metropolitan.


Dalam lima hari awal Januari 2019, San Francisco memberikan laporan 1.800 masalah flu dan lebih dari 100 kematian, menurut CDC dan beberapa kota besar yang lain seperti New York, Minneapolis, dan Seattle terserang imbas yang serupa.


Keseluruhannya, bagaimana juga, kenaikan yang berlangsung sesudah berlibur musim dingin 1918 nyaris tidak mematikan seperti kenaikan musim luruh yang menyusulnya.


Gelombang ke-4, yang diawali pada musim dingin 1919, melihat infeksi yang semakin makin tambah meluas di semua AS, walau tidak sekitar musim luruh 1918.


Susah untuk tarik kesejajaran detil dari wabah itu dengan COVID-19, kata Tomes, sebab segala hal mengenainya - dari karakter virus tersebut, sampai perang dunia yang memberikan fasilitas penebarannya - benar-benar berlainan yang berlangsung pada wabah COVID-19 sekarang ini.


Bahkan juga budaya waktu itu, yang terus-terusan dirundung teror penyakit membahayakan seperti tuberkulosis dan demam berdarah, kemungkinan sudah membuat orang Amerika lebih siap untuk "terima jika mikroba ialah agen alam yang kuat," kata Tomes.


Resiko harian ini kemungkinan sudah membuat orang Amerika lebih siap secara psikis untuk jumlah kematian karena wabah 100 tahun kemarin dibanding kita saat ini, sambungnya.


Satu perihal yang pasti ialah jika masalah influenza naik sesudah musim berlibur tahun 1918 dan 1919, seperti infeksi virus corona yang diprediksikan akan bertambah kembali di akhir 2020 dan awalnya 2021.


Lepas dari situasi perayaan yang mengagumkan sesudah perang, kota-kota pada akhirnya menggagalkan gagasan Thanksgiving mereka sebab pandemi kecil banyak muncul.


Saat tatap muka khalayak tidak boleh di Richmond, Indiana, sesaat saat sebelum Thanksgiving 1918, seorang wartawan di media massa lokal menggolongkan berlibur mendatang selaku "Thanksgiving yang membahagiakan tanpa yang dapat dikerjakan."


Antrean panjang terlihat di beberapa posisi di AS yang sediakan test COVID saat sebelum masyarakat mudik Thanksgiving. Pakar klinis dan beberapa petinggi masih merekomendasikan orang tinggal di dalam rumah saja, untuk menghindar kumpul keluarga dan keramaian pemudik yang b...


Postingan populer dari blog ini

The first Gurindji murder recorded by pastoralists occurred just after Nat Buchanan established Wave Hill Station in 1882.

Odd Topological Physics Can Aid Make it possible for 6G Technician

Armoured Israeli requires assaulted Gaza's essential north urban area coming from 2 instructions